Elvi Rahmi

Kepala MIN Kota Bukittinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web
 Panguyuban dan LFH (H3)

Panguyuban dan LFH (H3)

Dua minggu Learning From Home (LFH) berjalan, keluh kesah orang tua disampaikan melalaui whatsapp. Ibu-ibu menyampaikan betapa beratnya pekerjaan orang tua saat harus mendampingi anak belajar di rumah. Bukan hanya sebatas menemani, namun menyita banyak waktu mereka sedangkan mereka harus mencari nafkah. Belum lagi keluhan  terkait kuota terutama dari keluarga yang kurang mampu.

Ada sopir ojek online yang penghasilan sebagai ojol menurun dratis, ada pedagang kaki lima yang berjualan jilban, pakaian, makanan dan minuman sepi pembeli. Jangankan pembeli paket untuk membayar kotrakan dan listrikpun mereka kewalahan. Keluhan ini tidak hanya disampaikan melalui pesan singkat di whatsapp bahkan langsung menelpon menyampaikan keadaannya sembari mohon keringanan terhadap tugas anak-anaknya.

Kami tak tinggal diam, virus kepedulian dan empati langsung disebar kepada para guru tepatnya 28 April. Selogan yang kami usung #berbagi itu indah#. Tak ayal jika para guru getar getir mengikutkan orangtua dalam mencarikan solusinya karena menurut mereka semua orang saat ini mengalami masa-masa sulit dampak corona terhadap ekonominya. 

Group whatsapp pengurus panguyuban di perdayakan. Respon positif para pengurus panguyuban, solusi yang ditawarkan subsidi silang bagi orang tua yang mempunyai kelebihan rezki untuk berbagi. Tepatnya 30 April pendataan keluarga siswa yang sangat berdampak terhadap ekonomi mencapai 125 keluarga.

Satu minggu terpantau usaha panguyuban, hanya sebahagian kecil panguyuban kelas yang dapat menjalankan  himbauan berbagi itu indah. Kami dari pihak madrasah tidak putus asa tetap berusaha menyentuh qalbu untuk berbagi. Himbauan berupa sadaqah, zakat fitrah hingga zakat mall tak luput menjadi agenda penting dalam berbagi itu indah.

Masya Allah, diluar dugaan pada beberapa hari batas waktu yang ditentukan nominal terus bertambah. Kesepakatan untuk menjadikan sembakopun telah bulat. 125 keluarga diseleksi agar tak ada yang ganda seperti satu keluarga dengan dua anak pada kelas yang berbeda menjadi 119 keluarga. Kerja keras panguyuban perlu kita acungkan jempol. Gotongroyong sesama pengurus terasa kental walau dalam kondisi tidak bertatap muka.

Tepatnya 20 Mei 2020 keluhan orang tua siswa sedikit terobati, dengan membawa 10 kg beras, minyak goreng, teh dan telor ke rumah masing-masing. Senyum bahagia dari wajah mereka bagaikan matahari muncul tiba-tiba dikala mendung. Kebutuhan pokok dapat sedikit membantu program Learning from home (LFH). Setidaknya mencari nafkah demi sesuap nasi tidak menjadi satu-satunya alasan untuk tidak mendampingi anak  dalam belajar. Semoga corona cepat berlalu, kehidupan normal yang kita dambakan. AAmiin

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa bisa mengumpulkan bantuan untuk orang-orang yang membutuhkan ya bun

03 Jun
Balas

Luar biasa bu, kekompakan grup paguyuban mau saling berbagi. Patut menjadi contoh

05 Jun
Balas



search

New Post